Kekuatan nyamuk untuk menyebarkan penyakit seperti demam berdarah dengue, chikungunya, dan zika ternyata tergantung dari temperatur.  Satu kelompok peneliti di Stanford University menemukan bahwa 29 derajat Celsius, atau 84 derajat Fahrenheit, adalah temperatur terbaik bagi nyamuk untuk menyebarkan penyakit.

Menurut satu laporan di PloS Neglected Tropical Diseases, ketika temperatur lebih dingin atau lebih hangat, kemampuan nyamuk untuk menyebarkan penyakit – menurun. Penelitian itu juga menemukan bahwa temperatur mengendalikan beberapa faktor yang mendasari waktu bagi virus untuk bisa menyebar ke manusia.B

“Semua kesempatan tersebut tergantung atas temperatur, tapi cenderung bersifat non-linier. Mereka meningkat sampai satu tahap dan kemudian turun,” kata  Erin Mordechai, Asisten Profesor Biologi, kepala penelitian tersebut, dalam keterangan tertulis yang dikutip  Xinhua, Jumat, 7 Desember 2018.

Mordechai mengatakan sebelum penelitian tersebut, ada banyak ramalan mengenai temperatur dari peneliti lain. Mengetahui temperatur optimal bagi penularan penyakit, kata dia, penting untuk memperkirakan angka penyakit pada masa depan.

“Wabah demam berdarah dengue telah naik dalam dua dasawarsa belakangan, sehingga ada peningkatan upaya untuk berusaha memahami mengapa kita menghadapi lebih banyak demam berdarah dengue, dan apa hubungan antara penularan demam berdarah dengue dan iklim,” kata ilmuwan wanita itu.

Informasi tersebut , menurut Mordechai, dapat membantu meramalkan cara dan tempat penyakit itu mungkin menyebar bersama perubahan iklim, terutama di negara yang memiliki tingkat sosial-ekonomi lebih rendah.

“Kemiskinan yang terkonsentrasi di kota benar-benar menjadi tempat orang menyaksikan banyak penularan penyakit yang menyebar melalui peantara,” katanya.

Dengan model baru tersebut, para peneliti diharapkan bisa meramalkan secara lebih baik waktu dan tempat penularan berikutnya virus Zika, dan memberi mereka cukup waktu untuk mempersiapkan diri guna menghadapi peristiwa itu.

“Kami benar-benar ingin membuat model perkiraan yang memperhitungkan keterangan iklim dan membuat perkiraan mengenai waktu serta tempat kami bisa menanam modal pada pengendalian perantara guna berusaha mencegah terjadinya wabah,” kata wanita ilmuwan tersebut.

TEMPO.COSan Francisco